KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Divisi Ascomycota,
Basidiomycota, dan Deuteromycota”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Samata, November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ... PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II .. PEMBAHASAN
A. Divisi Ascomycota
B. Divisi Basidiomycota
C. Divisi Deuteromycota
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai
jamur. Sebelum kita membahas tentang jamur kita terlebih dahulu harus
mengetahui pengertian dari jamur itu sendiri, Jamur merupakan kelompok
organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme
lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Dalam makalah yang kami susun ini aka dibahas semua mengenai jamur, mulai dari
struktur, sampai cara reproduksi dari jamur tersebut. Dalam makalah ini kami
juga akan menyajikan divisi jamur yang
dibagi berdasarkan hifa yaitu Divisi Ascomycota, Basidiomycota, dan
Deuteromycota.
B.
Tujuan
Dalam
makalah ini kami memiliki beberapa tujuan yaitu :
1.
Untuk
mengetahui cirri-ciri, siklus hidup, reproduksi, dan contoh klasifikasi dari
divisi Ascomycota
2.
Untuk
mengetahui cirri-ciri, siklus hidup, reproduksi, dan contoh klasifikasi dari
divisi Basidiomycota
3.
Untuk
mengetahui cirri-ciri, siklus hidup, reproduksi, dan contoh klasifikasi dari
divisi Deuteromycota
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Divisi Ascomycota
Ascomycotina disebut juga sebagai the
sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat
askospora di dalam askus (ascus
= sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora.
Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang
disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut
askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa
dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal)
dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota
Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada
yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t
dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk
hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang
tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari
beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya
lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk
Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki
sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium
dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke
askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya
pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap
berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian
ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
Hifa askogonium ini kemudian
berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh
buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora
tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa
atau miselium baru.
1. Ciri-ciri
Lebih dari 600.000 spesies
Ascomycota telah dideskripsikan.Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan
hifa bersepta. Pada umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air
bersifat sebagai saproba atau patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit
pula yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
Ciri khas Ascomycota adalah cara perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk
askospora. Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium.
Konidium ini dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium
merupakan hifa khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang
disebut konidiofor.
Ciri-ciri umum Ascomycota :
·
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.
·
Memiliki hifa yang bersekat-sekat, dan berinti banyak
·
Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
·
Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Ciri
khas Ascomycota berkembang biak secara seksual dengan struktur pembentuk spora
yang disebut Askus. Contoh ascomycota adalah Penicilium, Aspergillus, dan Saccharomyces
2. Siklus Hidup
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac
fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora
di dalam askus (ascus = sac
atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah
semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Siklus hidup Ascomycotina
dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang.
Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi
askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan
dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang
menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari
anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.
Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah
secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang.
Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2.
Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini
kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak,
membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang
kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora).
Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan
tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk
tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas
terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora
aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia
merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora
atau sporangium.
3. Reproduksi
a. Perkembangbiakan
Aseksual (Vegetatif)
Pada jamur bersel banyak berlangsung dengan membentuk
Konida atau Konidiospora yang merupakan spora vegetatif. Konidia terbentuk pada
ujung hifa yang tegak, bersekat dan berjumlah empat butir, misalnya Fusarium.
Pada beberapa Fusarium ada juga yang membentuk tak beraturan. Pada jamur bersel
satu berlangsung dengan cara membentuk Tunas (blastospora). Pada waktu masih
muda, tunas menempel pada sel induk dan setelah dewasa, tunas melepaskan diri
dari sel induk, misalnya Saccharomyces
b. Perkembangbiakan Seksual (Generatif)
Pada jamur bersel satu (misalnya Saccharomyces) berlangsung
dengan cara Konjugasi dan menghasilkan zigot diploid (2n). Zigot kemudian
tumbuh menjadi askus (berbentuk kantong panjang berisi askospora). Di dalam
askus terjadi pembelahan meiosis yang menghasilkan empat sel askospora haploid
(n) yang merupakan spora generatif. Pada jamur bersel banyak
konidiospora/askospora tumbuh menjadi benang hifa. Hifa bercabang membentuk
miselium dan ujung miselium yang vegetatif berubah fungsi membentuk askogonium
(oogonium) dan ujung lain dari miselium membentuk anteridium. Askogonium
membentuk tonjolan (trikogen) yang menghubungkan askogonium dan anteridium.
Plasma dan inti anteridium berpindah ke askogonium. Inti-inti askogonium
berpasangan dengan inti-inti anteridium. Askogonium yang memiliki pasangan inti
membelah secara mitosis membentuk hifa dikarion yang diploid (2n). Hifa
dikarion memanjang dan membelah menjadi miselium yang akan membentuk badan
buah. Ujung-ujung hifa dikarion membentuk askus, dua inti pada bakal askus
membentuk inti diploid (2n) dan membelah secara meiosis) menghasilkan 8 spora
askus (askospora) yang haploid (n).
4. Klasifikasi
a) Genus Saccharomyces
Jamur ini tidak memiliki hifa
sebagaimana jamur yang lain. Tubuhnya terdiri atas sel bulat atau oval. Spesies
yang terkenal dari genus Saccharomyces ini adalah jenis Saccharomyces
cerevisiae. Sel-sel Saccharomyces cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk
rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Saccharomyces cerevisiae dapat
berkembang biak secara seksual dan aseksual.
b)
Genus Neurospora
Neurospora mudah ditemukan di
bekas kayu terbakar pada musim penghujan, konidianya berwarna oranye. Jika
dengan mikroskop, konidia jamur ini tampak berderet membentuk rangkaian spora
yang tumbuh menurut arah jari-jari. Di Jawa Barat, jamur ini digunakan untuk
pembuatan oncom, yaitu tempe dengan bahan dari ampas tahu atau bungkil kacang
tanah. Jamur ini banyak digunakan para ahli sebagai bahan penelitian
sitogenetika.
c)
Genus Aspergillus
Fase
perkembangbiakan aseksual Aspergillus menghasilkan konidium yang disangga
konodiofor. Ujung konidiofornya berbentuk seperti bola dengan sejumlah cabang
yang masing-masing menyangga ranting konidium. Jamur ini tumbuh sebagai saproba
pada berbagai macam bahan organik, seperti roti, olahan daging, butiran padi, kacangkacangan,
makanan dari beras atau ketan, dan kayu.
d) Genus Penicillium
Pada
tempat-tempat yang ditumbuhi Aspergillus dapat juga ditemukan Penicillium. Fase
aseksual jamur ini menghasilkan konidium yang disangga oleh konidiofor. Berbeda
dengan Aspergillus, konidiofor Penicillium bercabang-cabang, dan masing-masing
menyangga sekumpulan cabang yang lebih pendek. Beberapa spesies Penicillium
digunakan dalam pembuatan keju, seperti P.camemberti dan P.requoforti yang
memberikan aroma khas pada keju. P.notatum
dan P.chrysogenum menghasilkan penisilin. P.digitarum dan P.italicum
dapat menyebabkan kerusakan pada buah jeruk. P.expansum menyebabkan buah apel membusuk di tempat penyimpanan.
B. Divisi Basidiomycota
Divisi Basidiomycotina
sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut
jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian
menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau
basidiokarp. Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang,
pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya
dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan
yang saling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang
kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini
memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basidiokarp)
yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak
secara aseksual dengan konidium.
1. Ciri-ciri
·
Multiseluler
·
Miselium Bersekat
·
Tubuh Buah/ Basidiokarp Berbentuk Panjang, Lembaran-lembaran yang
berliku- liku, atau Bulat
·
Hidup Sebagai Saprofit dan Parasit
·
Heterotrof
·
Dinding sel dari kitin
·
Miselia dikariotik berumur panjang
·
Memiliki tahapan diploid sement
2. Siklus Hidup
o Hifa (+) dan hifa
(-) yang berinti haploid (n) berkecambah dari basidiospora. Kedua hifa ini
saling bersinggungan.
o
Plasmogami terjadi antara hifa (+) dan hifa (-) sehingga
inti salah satu hifa pindah ke hifa lainnya membentuk hifa dengan dua inti
haploid (n) yang berpasangan (dikariotik)
o
Hifa haploid dikariotik akan tumbuh menjadi miselium haploid
dikariotik
o
Miselium dikariotik tumbuh dan membentuk badan buah yang
disebut basidiokarp.
o
Pada ujung-ujung hifa basidiokarp terjadi kariogami sehingga
membentuk basidium yang berinti diploid (2n).
o
Inti diploid dalam basidium akan membelah secara meioisis
menjadi empat inti yang haploid (n).
o
Basidium membentuk empat tonjolan yang disebut sterigma pada
ujungnya.
o
Satu inti haploid pada basidium kemudian masuk ke dalam
salah satu sterigma dan berkembang menjadi basidiospora
o
Jika basidiospora terlepas dari basidium dan jatuh pada
tempat yang sesuai, akan tumbuh menjadi hifa yang haploid
3.
Reproduksi
a.
Reproduksi aseksual
Yaitu dengan cara membentuk
spora konidia. Pertemuan dua hifa berbeda, hifa (+) dan
hifa (–), terjadi di dalam tanah, menghasilkan hifa dikariotik yang dengan
cepat tumbuh menjadi tubuh buah (basidiokarp). Perkembangan basidiokarp
terjadi di atas permukaan tanah sampai dengan dihasilkannya basidiospora.
Pembentukan basidiospora terjadi di dalam basidium yang terletak di permukaan
bawah tudung basidiokarp. Basidiomycota bereproduksi
secara aseksual dengan permulaan pembentukan spora aseksual. Budding terjadi
ketika suatu perkembangan sel induk dipisahkan menjadi sel baru. Setiap sel dalam organisme dapat
kuncup.Pembentukan spora aseksual yang paling sering terjadi di ujung struktur
khusus yang disebut conidiophores.
b.
Reproduksi Seksual
Reproduksi
seksualnya yaitu dengan cara pembentukan basidiospora pada basidium atau di
luar basidium melalui suatu tangkai yang disebut strerigma. Ada bermacam-macam
badan buah pembentuk spora pada Basidiomycetes. Uredinales adalah salah satu
contoh dari anggota Basidiomycetes yang dikenal sebagai jamur karat dapat
membentuk 5 macam stadium pembentuk spora, yakni : pycnia, aecia, uredinia,
telia dan basidium.
4. Klasifikasi
Basidiomycotina dibagi
menjadi Hombasidiomycotina (jamur yang sebenarnya) dan Heterobasidimycetes.
a. Holobasidiomycetes
Dalam
golongan ini termasuk cendawan-cendawan yang dikalangan umum dikenal dengan
jamur, yang terdapat pada kayu-kayu yang lapuk atau ditempat-tempat lain. Dalam
Holobasidiomycetes ada beberapa jenis yang memiliki jenis kelamin campuran dan
terjadinya fase dikariotik tidak didahuliui olek kopulasi. Ada pula yang
memperlihatkan perbedaan ukuran mengenai hifa yang berbeda jenis kelaminnya,
dan didalam hal ini inti sel yang kecil masuk kedalam sel yang lebih besar.
Miselium yang tumbuh dari spora yang berbeda jenis kelaminnya itu dapat kita
samakan dengan gametofit tetapi olehnya tidak dibentuk alat-alat kelamin yang
khusus. Fase dikariotik disamakan dengan sporofitnya, dan basidium dapat
disamakan dengan sporangium.
b. Heterobasidiomycetes
Menghasilkan
spora diujung benang mencolok. Mekanisme perkembangan jamur terus berlanjut
untuk menjamin pembebasan spora yang efisien.
C. Divisi Deuteromycota
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya
dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut
sebagai jamur tidak sempurna atau
the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki
tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya
sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”,
tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya.
Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka
suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam
Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora
crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
1. Ciri-ciri
Disebut sebagai jamur tidak sempurna/ fungi
imperfecti
Multiseluler mikroskopis dengan hifa bersekat
Reproduksi seksual Tidak / belum diketahui dengan
jelas
Reproduksi aseksual dengan membentuk konidia
Arthrospora (pembentukan spora dengan hifa)
Hidup sebagai saprofit, hifa bersekat (asenositik)
2. Siklus hidup
Reproduksi
aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut
konidiofor. Kemungkinan jamur ini merupakan suatu perkembangan jamur yang
tergolong Ascomycocetes ke Basidiomicetes tetapi tidak diketahui
Gambar : Siklus hidup deuteromycota
Jamur ini bersifat
saprofit dibanyak jenis materi organic, sebagai parasit pada tanaman tingkat
tinggi , dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur ini juga
menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis (kurap dan panu) dan
menimbulkan pelapukan pada kayu. Contoh klasik jamur ini adalah monilia
sitophila , yaitu jamur oncom. Jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan
oncom dari bungkil kacang. Monilia juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa
makanan, tongkol jagung , pada tonggak – tonggak atau rumput sisa terbakar,
konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.
Fase pembiakan secara
vegetative pada monilia sp. Ditemukan oleh dodge (1927) dari amerika serikat,
sedangakan fase generatifnya ditemukan oleh dwidjoseputro (1961), setelah
diketahui fase generatifnya, kenudian jamur ini dimasukkan golongan
ascomycocetes dan diganti namanya menjadi Neurospora sitophilla atau Neurospora
crassa.
Reproduksi generative
monilia sp dengan menghasilkan askospora. Askus – askus yang tumbuh pada tubuh
buah dinamakan peritesium, tiap askus mengandung delapan spora. Contoh lain
jamur yang tidak diketahui alat reproduksi seksualnya antara lain : chalado
sporium, curvularia, gleosporium, dan diploria. Untuk memberantas jamur ini
digunakan fungisida , misalnya lokanol dithane M-45 dan copper Sandoz.
3.
Reproduksi
Deuteromycota
memiliki hifa yang bersekat. Fungi ini sering disebut fungi tak sempurna. Hal
in disebabkan anggota fungi ini belum diketahui cara reproduksi seksualnya.
Reproduksi deuteromycota dilakukan secara aseksual (secara vegetative) dengan membentuk Konida atau Konidiospora yang
merupakan spora vegetatif. Konidia terbentuk pada ujung hifa yang tegak,
bersekat dan berjumlah empat butir, misalnya Fusarium. Pada beberapa Fusarium
ada juga yang membentuk tak beraturan.
4. Klasifikasi
Beberapa jamur Deuteromycota
lainnya yang diklasifikasi ulang menjadi Ascomycota antara lain jamur dari
genus Aspergillus, Candida, dan Penicillium. Oleh ahli mikologi,
nama genus Aspergillus diubah menjadi Eurotium, Candida menjadi
Pichia, dan Penicillium menjadi Talaromyces. ontoh jamur
yang tergolong Deuteromycota adalah Tinea versicolor penyebab panu dan Epidermophyton
floocossum penyebab penyakit kaki atlet. Berbagai penyakit jamur pada
manusia banyak diakibatkan oleh jamur Deuteromycota. Demikian pula penyakit
pada hewan. Jamur Deuteromycota juga ada yang bermanfaat, yaitu Aspergillus.
Aspergillus ada yang telah memasukkannya ke dalam Ascomycota. Akan
tetapi, ada pula yang memasukkannya ke dalam Deuteromycota. Aspergillus bersifat
saprofit dan terdapat di mana-mana, baik di negara tropika maupun subtropika. Aspergillus
hidup pada makanan, sampah, kayu, dan pakaian. Hifa Aspergillus bercabang-cabang.
Pada hifa tertentu muncul konidior (pembawa konidia) yang memiliki konidiaspora
yang tumbuh radial pada konidiofor. Coba perhatikan jamur berwarna kekuningan
atau kecokelatan pada roti dan periksalah dengan mikroskop.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas penyusun dapat menarik sesimpulan bahwa :
Fungi adalah nama regnum dari
sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya
di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi
memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua
hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi
tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora,
bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut
sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Jamur juga berperan dalam
kehidupan yaitu sebagai pengurai atau dekompuser jasad yang sudah mati dan
membebaskan zat zat kimia kea lam selain itu jamur juga berperan dalam
kehidupan manusia seperti pembuatan temped an sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
pdfsearch.kq5.org/doc/pdf-jamur-ascomycota